Pengalaman Naik Kereta Bandung Raya

Assalamualaikum Wr., Wb.

Sebagai seorang yang hidup di dua dunia hihi lintas kota kabupaten, banyak banget perbedaan yang aku rasakan utamanya dalam keberlangsungan hidup sehari-hari. 

Karena hari Senin-Jumat aku tinggal di daerah yang secara geografis di sebut Kota Bandung dengan segala kemudahan akses yang bisa ku peroleh, namun membiasakan gaya hidup "pemalas" dan jadi kurang bersosialisasi karena mau pergi kemanapun, mau butuh apapun, cuma tinggal duduk manis di kasur aja, maka segala hal yang kamu butuhkan bisa diantarkan oleh berbagai moda transportasi dan jasa antar-jemput yang tersedia di berbagai aplikasi online saat ini, lengkap dengan carut marut timbal yang tersebar dari mobil yang hilir mudik, bau rem kupling yang melengkapi panas dan macetnya kehidupan perkotaan.

Berbanding terbalik dengan weekend, hari sabtu-minggu, aku akan pulang ke kampung halaman tempatku dilahirkan, tempatku menghabiskan waktu tumbuh dan berkembang dari masa kanak-kanak sampai masa remaja, tempat dimana belum banyak tersentuh oleh modernisasi, tempat dimana udara masih terasa segar, lingkungan sekitar masih sangat ramah, tetangga masih melakukan sistem "barter"dalam transaksi, sawah masih membentang luas walaupun sedikit demi sedikit sudah mulai terkikis oleh industri, ah! kampung halaman yang tidak ada tranportasi umum, mau kemana-mana atau butuh apapun lebih mudah dilakukan dengan berjalan kaki, belanja lebih mudah dilakukan dengan langsung pergi ke pasar tradisional, kampung yang secara geografis terletak di kabupaten bandung, kampung yang belum terdapat dan tersimpan di google maps :D

Sejak memulai kehidupan menjadi Maha-siswa, aku telah terbiasa hidup di dua dunia, perjalanan Kota-Kabupaten dan sebaliknya tak jarang menjadi sebuah tantangan, utamanya soal transportasi yang digunakan untuk menempuh perjalanan. Walaupun sebenarnya selama ini aku lebih banyak dan sering dibantu seseorang yang selalu ada mengantar jemput aku untuk pulang pergi dan sebaliknya melewati Kota-Kabupaten Bandung ini dengan menggunakan motor kuda hitamnya, tapi tak jarang perjalanan harus aku tempuh dengan menggunakan transportasi umum.

Selama ini transportasi umum penghubung dari kampung halaman ke tempat kuliah atau tempat kerja yang sering aku gunakan adalah mobil elf, tapi elf bukan sembarang elf, bukan elf mobil travel Bandung - Luar Kota yang kalian bayangkan hehe ini adalah elf... semacam mobil sayur, yang kalo jalan dengan kecepatan tinggi kaya mau ngajak bunuh diri, elf yang ga akan jalan sebelum kursinya penuh sesak sampai ada penumpang yang duduk cuma sebelah badan atau sampai ada yang berdiri di pintu mobil, elf yang kadang supirnya masih di bawah umur, elf yang kadang supirnya pun dalam keadaan di bawah pengaruh alkohol (beneran pernah ngalamin ini dan serem banget), elf yang tentu tidak ber AC yang ada malah penumpangnya merokok di dalam mobil (hey beneran berbagai macam cara pembunuhan terjadi di elf ini) :D selain elf kendaraan lain yang bisa digunakan adalah bis, tapi keadaannya ga jauh beda, ada juga angkot (angkutan kota) tapi menggunakan angkot ini kurang efektif karena tujuannya ga sampai ke tempat yang ku maksud. ini kapan cerita keretanya ya :D

Setelah sekian waktu harus melewati pelik perjalanan yang harus ditempuh :D baru-baru ini aku mencoba alternatif transportasi lain, adalah kereta api. Tapi ya kereta api kota-kabupaten itu cuma ada Kereta Api Bandung Raya. Kebetulan ini moment-nya juga lagi bulan Ramadhan, aku yang biasanya pulang ke rumah hanya setiap weekend, kali ini bisa pulang setiap hari melintasi 30 KM perjalanan. Alasannya pertama karena ingin buka-saur bareng orang tua dan keluarga, kedua karena bulan Ramadhan jam kerja juga berkurang jadi aku bisa pulang lebih cepat.

Biasanya perjalanan ku tempuh dengan mengendarai motor sendiri, tapi kebetulan kali ini karena merasa kurang sehat setiap hari pulang-pergi-pulang naik motor menghirup debu-debu jalanan dan bergandengan dengan mobil transformer 12 ban, akhirnya aku memutuskan mencoba naik kereta api tuut tuut tuuut... kayanya waktu lebih efektif dibanding harus naik elf atau angkutan umum lainnya, karena kereta udah ada jadwalnya dan pasti. Namun sungguh mengedjutkan, aku baru tau atmosfer naik kereta bandung raya tuh kaya gimana :D

Aku berencana naik kereta api dari Stasiun Kiaracondong (lokasi terdekat dengan kantor) menuju Stasiun Rancaekek, loket tiket kereta Bandung Raya ini berbeda dengan loket tiket Bandung-Kota Lainnya, jadi di stasiun kiaracondong ada stasiun lama, loketnya lebih minimalis dan ternyata lagi untuk mendapatkan tiket kereta kita harus mengantri panjaaaaang banget :D dan sambil ngantri itu loket pembelian tiketnya pun belum di buka, yaa harus menunggu 30-45 menit sampai loket pembelian tiket dibuka dengan antrian sepanjang ini ....

Antrian Loket Stasiun Kiaracondong - PT. KAI

Ini aku ngantri di tengah ya, di belakangku masih terdapat antrian panjang, ibu-ibu, anak-anak, kakek-kakek, semua generasi ada disana. Mengejutkan tapi menyenangkan sih, bagiku. Walaupun harus berdesakan tapi ko rasanya aku menikmati segala prosesnya ya, bersama-sama orang-orang seperjuangan, yang sama-sama berjuang menempuh perjalanan menuju pulang. 

Memang kereta Bandung Raya bisa dijadikan alternatif transfortasi yang paling "merakyat", selain murah, slotnya banyak, disana juga kita bertemu orang-orang yang rasanya "serumah", orang-orang yang juga sedang berjuang dari kampung ke kota, mencari penghidupan hihi :D makanya walaupun dengan segala keadaannya anehnya aku sangat menikmati segala kesederhanaan fasilitas transformasi yang satu ini.

Harga Tiket Kereta Api Bandung Raya - PT. KAI
Satu hal yang aku cermati dari perjalananku dengan kereta api ini adalah, aku salut dengan kinerja tim PT. KAI, di bulan Ramadhan dalam keadaan menjalankan ibadah puasa, penumpang sepertinya memang lebih membludak dibanding hari biasanya, tapi di stasiun Kiaracondong ini PT. KAI sepertinya mempekerjakan banyak relawan untuk membantu mengamankan dan mengkondusifkan keadaan di sekitar stasiun, walaupun stasiun kecil ini penuh dengan masyarakat, tapi relawan-relawan disana sangat responsif mengamankan dan menertibkan keadaan.

Ruang Tunggu Stasiun Kereta Api - PT. KAI


Yap, setelah mengantri panjang, menunggu loket tiket di buka, menunggu pintu masuk ke ruang tunggu di buka dan menunggu lagi kereta api tiba, tibalah kereta api Bandung Raya yang akan ku naiki. Ada hal unik lagi, saat kereta api tiba sudah terlihat kereta yang akan ku tumpangi penuh oleh penumpang yang sudah terlebih dahulu naik di Stasiun Bandung, untuk naik ke kereta tentu harus berdesakan dan setelah berhasil naik kereta, tentulah, sudah pastilah, tidak kebagian tempat duduk :D

Tapi walaupun begitu entahlah setiap perjalanannya terasa menyenangkan, untuk pulang ke rumah rasanya kaya lagi mudik, berdesakan, cuma kebagian berdiri dan itupun di dekat pintu keluar, bukan di dalam gerbong :D untungnya perjalanan naik kereta ini hanya perlu melewati dua stasiun kecil, sekitar 20-30 menit dan terhibur juga dengan pemandangan hijau yang masih bisa di lihat kalo perjalanan pulang masih sore.

Dan tibalah di stasiun tujuan, Stasiun Rancaekek, sedikit lagi menuju rumah, kampung halaman, perjalanan panjang yang dilalui sangat tidak menjadi masalah dan tidak menjadi beban karena semuanya dilalui untuk "pulang", salah satu hal yang paling menyenangkan.

Stasiun Rancaekek - PT. KAI
Sampai rumah dengan senyuman :)

Sekian cerita perjalanan dengan Kereta Api Bandung Raya.

Jangan kapok naik kereta, walaupun perjalanan penuh tantangan, tapi cerita dan pengalamannya sangat menyenangkan.

Jaya terus PT. KAI semoga semakin maju dan berkembang, serta terus menjadi transportasi kepercayaan bagi masyarakat kelas atas maupun menengah. eh btw ini bukan promosi PT. KAI ya hehe salut aja dengan kinerja PT. KAI yang sampai saat ini menurutku jarang mengecewakan, semoga selalu amanah.

Komentar

Postingan Populer