Seperempat Abad

Assalamualaikum Wr. Wb..

Saking begini begitunya hidup, udah lama banget vakum ngisi rumah ini hiks.

Aku mulai menulis lagi karena tengah merasa selalu ingin menangis akhir akhir ini.

Aku bertanya pada diri sendiri, mengapa sesedih ini, dan menemukan jawabannya, adalah setiap mengingat kamu, memikirkan tentangmu, memikirkan pernikahan dan resah paling utama datang ketika aku merasa ingin ada disampingmu namun tak bisa.

Sebenarnya perasaan seperti ini kerap kali datang dari beberapa tahun ke belakang, tapi kali ini rasanya beda, ada kesedihan yang mendalam, ada air mata yang tak mampu kubendung dalam setiap ingatannya, jika diibaratkan sebuah penyakit, mungkin penyakit ini sudah akut di tahap stadium akhir.

Iya di umur yang sudah menginjak seperempat abad ini, rasanya Alloh lagi sering banget membolak-balikkan hati, memang aku pernah berfikir jika sampai umur seperempat abad masih belum ada kejelasan tentang pernikahan, pasti akan ada yang berubah pada diri ini. Aku fikir aku akan berontak, namun yang aku rasakan saat ini justru sebaliknya, aku hanya bisa pasrah dan merintih.

Kamu, mengenalmu dalam satu dekade, hampir tidak ada keraguan, walaupun aku tidak tau apa dasarnya merasa yakin bahwa kamu juga adalah pilihan-Nya, selama ini yang bisa kulakukan adalah menyemogakan kita.

Setelah kurang lebih 4 kali mencoba dan berusaha daftar kemiliteran dan lagi-lagi Alloh bilang "belum", bukan cuma kamu yang gamang, akupun.

Setelah lama tidak bertemu dan memendam rindu karena tugas kuliahmu tapi demi melihat teman-teman perempuanmu begitu mudahnya bersandar di bahumu, aku yang tidak bisa pura pura tidak rindu, dan tidak bisa pura pura tidak cemburu, karena pura pura hanyalah akarnya ragu ini tentu ingin menggerutu dan merasa sangat pilu.

Lalu di hari pertama akhirnya aku bisa menemuimu namun dalam keadaan kamu yang tiba-tiba sakit tidak berdaya, inilah puncak kekhawatiranku, sejak saat itu rasanya air mata tak mampu dibendung.

Rasa ingin selalu ada disampingmu, ingin mengurusi segala keperluanmu, ingin kamu, ingin kamu, setiap hari datang terus, mengikis akal sehatku, merebut rasa tenangku.

Sebelumnya aku bisa merasa tenang sambil menunggumu, menunggu hari bahagia itu datang bagiku tak terlalu membosankan asalkan aku lebih berusaha menikmati hari-hariku.

Tapi kejadian berturut-turut tadi sungguh mematikan kewarasanku. Bagaimana ini bahwa setiap mengingatmu rasanya aku ingin menangis ?
Dan di saat bersamaan Alloh juga mengingatkanku akan apa sebenernya yang aku harapkan dan aku yakini? Apakah kamu benar-benar jodohku?
Mengapa harus selalu ingin menangis saat merasa menginginkanmu?

Sungguh, aku benar benar ingin berhenti merasa begini, aku ingin merasa tenang dengan segala ketetapan-Nya.
Aku berusaha memanggil kembali akal sehatku, namun tetap hari hari aku lewati dengan resah ingin menangis saat mengingatmu.

Kata "sabar" dari orang orang sekitar, "sebentar lagi" darimu, rasanya sudah tidak mempan menjadi obat penenang bagiku, seperti halnya obat obatan yang kamu minum namun sudah tak mempan membuatmu istirahat tidur dengan cukup, ingin rasanya setiap hari aku memelukmu sampai terlelap.
Setiap kejadian dan kesulitan yang kamu rasakan, ingin rasanya aku membantumu dalam "setiap" nya.

Sempat aku merasa bahwa tidak ada satupun yang di pihakku, siapa yang bisa membantuku agar segera bersatu denganmu?

Lagi lagi aku harus berusaha memanggil kesadaranku, bahwa yang perlu aku lakukan saat ini adalah sabar, ikhlas, dan positif bukan hanya aku yang ingin, tapi kamu juga sedang mengusahakannya.

Begitu terus, pikiran dan hatiku memang sedang kerap dibolak-balikan, kadang waras kadang ngga, semoga Alloh segera memberikan jawaban atas segala keresahan.

Komentar

Postingan Populer